Perayaan Hari Nyepi Masyarakat Bali Umat Beragama Hindu



Agama hindu memiliki hari raya yang diperingati sebagai hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa)  yakni tahun dalam agama Hindu. Hari raya nyepi atau bisa juga disebut dengan nyepi saja ini merupakan Hari raya yang diperingati menurut sasih (bulan), dalam artian setiap sehari sesudah Tilem Kesanga, dimana Tilem Kesanga yang dikenal umat agama hindu sebagai malam yang paling gelap dalam kurun waktu setahun.


Adapun beberapa tahapan dalam peringatan Hari Raya Nyepi masyarakat bali umat beragama hindu yaitu : Melasti, Tawur, Nyepi, Ngembak Geni.


Melasti

Melasti adalah aktivitas yang dijalankan pada kiranya 2 hari sebelum Hari Raya Nyepi. Melasti  mempunyai arti “nganyudang malaning gumi ngamit Tirta Amertha” yang artinya yakni menghanyutkan segala kekotoran dalam kehidupan dan mengambil Tirta Amertha dari laut yang dianggap sebagai sumber Tirta Amertha (Pemuteran Mandaragiri). Dalam aktivitas ini  umumnya dijalankan dengan membawa (ngiring) Pratima atau dapat juga pralingga dari pura masing-masing menuju laut atau danau dengan diringi gamelan dan upacara-upacara lainnya.


Melasti pada umumnya dilakukan mulai pagi hari dengan berjalan kaki dan membawa kelengkapan upacara serta Pratima atau Pralingga dengan Jempana. Di iringi-iringan umat ini akan memenuhi jalan-jalan utama yang ada di Bali dan menuju pantai masing-masing. Semisal untuk umat yang berada di tempat Badung akan menuju pantai Petitenget. Umat yang ada di tempat Denpasar akan menuju pantai Sanur atau pantai Kuta.


Pada Prosesesi Melasti akan banyak ditemuim umat hindu berpakaian warna putih dalam menjalankan upacara melasti. Sesampai di pantai, prosesi upacara dilakukan di pinggir pantai dipimpin oleh pemangku untuk mengambil Tirta Amertha, kemudian umat akan menghaturkan sembah ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai wujud syukur kepada-Nya.


Setelah itu umat hindu akan beristirahat sebentar sambil menikmati makanan yang dibawa dari rumah maupun membeli makanan yang dijual ditempat. Dan kemudian dilanjutkan dengan ngiring Pratima atau Pralingga kembali ke Pura masing-masing. Upacara ini umumnya selesai pada sore hari.


Tawur

Upacara ini adalah upacara Butha Yadnya yang dijalankan sehari menjelang Nyepi atau ideal pada Tilem Kesanga. Upacara ini umumnya dijalankan pada sandikala (pagi hari atau siang hari atau petang hari). Upacara ini dimulai dengan menjalankan tawur atau mecaru di tempat-tempat seperti perempatan, pertigaan yang bertujuan untuk “nyomyang” Butha Kala supaya Butha Kala somya menjadi Dewa.


Sebab dalam Hindu biasa dekenal istilah “Dewa Ya Bhuta Ya” yang bermakna bahwa Butha Kala (jahat) akan berubah (somya) menjadi Dewa sesudah kita perlakukan dengan bagus (diberikan caru). Aktivitas ini umumnya dilanjutkan dengan Ngerupuk merupakan kegiatan mengarak ogoh-ogoh yang umumnya dipersiapkan sebulan sebelum Pengerupukan. Prosesi ini umumnya diikuti oleh generasi muda dengan pengawasan masyarakat. Prose Pembuatan ogoh-ogoh ini menjadikan ajang dalam menunjukan kreatifitas generasi muda. Pengarakan ogoh-ogoh tentunya diiringa gamelan khas yakni balaganjur.


Nyepi

Nyepi adalah puncak prosesi hari raya dan mungkin yang paling susah dijalankan sebab terdapat sebagian pantangan yang wajib diikuti. Sesudah selesai Pengerupukan, keesokan hari sebelum matahari terbit Nyepi dimulai. Perayaan nyepi ini dijalankan|dikerjakan selama satu hari (24 jam). Adapun beberapa pantangan atau hal-hal yang tak boleh dikerjakan yang dikenaldengan Catur Brata Penyepian adalah :


  • Amati Geni : dilarang menyalakan api (cahaya atau sinar)
  • Amati Karya : dilarang mengerjakan pekerjaan
  • Amati Lelungan : dilarang bepergian
  • Amati Lelanguan : dilarang berfoya-foya / dilarang melampiaskan indrya 


Pada saat empat pantangan ini dikerjakan, situasi akan sepi / sunyi senyap. Tak ada aktivitas sama sekali, dunia seperti tak ada kehidupan manusia, selain di beberapa tempat khusus seperti Rumah Sakit. Di Bali seluruh tempat benar-benar sepi, semua pintu masuk menuju Bali seperti Bandara, Pelabuhan, dan lainnya ditutup untuk menjalankan Nyepi, tak ada kendaraan yang melintas, seluruh masyarakat berdiam diri di rumah masing-masing. Nyepi sebaiknya diterapkan untuk  menjalankan Tapa Brata, atau merenungkan dan mengevaluasi perbuatan yang telah kita lakukan selama setahun. Dan sebagai bahan evaluasi untuk menuju masa depan. Ditahun berikutnya hal apa saja yang nantinya dilakukan.


Ngembak Geni

Prosesi Ngembak Geni dijalankan keesokan harinya setelah Nyepi. Pada Hari ini digunakan untuk menjalankan Dharma Santhi baik di lingkungan keluarga atau masyarakat. Di Hari ini juga dipakai untuk saling mengunjungi sanak keluarga untuk saling bermaaf-maafan. Dalam menyambut Tahun baru Saka diawali dengan hati yang bersih baik lahiriah dan rohani serta lingkungan, jadi baik Bhuana Alit (dalam diri) maupun Bhuana Agung (alam semesta) terdapat keseimbangan.


Demikianlah rangkaian hari raya Nyepi dilakukan setiap tahunya. Adapun informasi ini sebagai pengetahuan semua umat beragama bahwasanya seperti inilah prosesi Nyepi dilakukan, untuk disikapi semua dengan tujuan saling bertoleransi antar umat beragama.


Posting Komentar

0 Komentar

close