4 Kata-kata Mutiara Dalam Bahasa Bali

Pulau Bali atau yang dikenal juga dengan pulau dewata merupakan wilayah yang sangat terkenal dengan keindahan dan keasrian alamnya. Kondisi alam Pulau Bali ini bahkan disebut-sebut sebagai pulau terindah ke-2 setelah pulau Hawai di Amerika.

Oleh sebab itu, sering ditemukan bahwa masyarakat wisatawan dari berbagai negara lebih mengetahui dan mengenal pulau Bali dibandingkan dengan nama Indonesia sendiri.

Selain mempunyai budaya un
ik dan keindahan alam, pulau Bali juga ternyata memiliki sastra Bahasa berupa kata-kata mutiara dengan dialeknya sendiri. Hal ini merupakan penegasan dan bukti akan indahnya keberagaman yang ada di Indonesia.

Pada artikel ini, akan dibahas mengenai Kata-kata Mutiara Dalam Bahasa Bali, sebagai bagian dari produksi kearifan local budaya masyarakat pulau bali.


kata-kata mutiara
kata-kata mutiara

Berikut ini adalah kata-kata mutiara dalam Bahasa Bali, yang mengandung pelajaran bagi kehidupan, yaitu:

1. Da-ngaden-awak-bisa, depang-anake-ngadanin

“Janganlah pernah merasa bahwa kamu adalah yang paling bisa, namun biarkan orang lain yang melihat dan menilaimu”.

Pesan dan pelajaran apakah yang bisa diambil dari kata mutiara yang satu ini? Pelajaran yang paling menonjol dan mudah dipahami adalah tentang  jangan pernah merasa sebagai orang yang paling bisa dalam hal apapun.

Apabila seseorang telah merasa lebih unggul dan lebih mendalam dalam sebuah bidang, atau merasa sebagai orang paling pintar dan bisa dalam berbagai hal, secara sadar atau tidak, mereka sebenarnya sedang memperlihatkan sifat kesombongan. Sebab, sebenarnya dalam dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, sebab sifat kesempurnaan hanya milik  Tuhan semata.

Jika diperhatikan, Kata “merasa” yang ada dalam kata mutiara ini menunjukan bahwa seseorang sedang melakukan pengakuan kepintaran dirinya sendiri padahal orang lain terkadang menilainya sebaliknya, orang yang memuji diri sendiri merupakan orang yang angkuh dan sombong, yang tidak bisa ditiru dalam kehidupan.

Oleh karena itu, hendaklah kita semua menghindari sikap yang demikian, tetaplah bersikap rendah hati dan tidak merasa paling pintar, sebab ada pula pribahasa yang menyatakan bahwa “di atas langit masih ada langit”.

Jika seseorang telah berfikir bahwa ia hanyalah manusia biasa, maka ia akan menjadi contoh yang baik bagi lingkungan sekitarnya. Sebab, ia menyadari bahwa ia hanya manusia biasa yang lemah,  serta tidak memiliki keistimewaan atau kekuatan apapun.

 

2. Tong-ngelah karang-sawah, karang-awake tandurin

“Apabila kamu tidak mempunyai Sawah, maka dirilah (jiwa) yang perlu kamu Tanami”.

Rangkaian kata-kata mutiara yang satu ini memiliki arti dan makna yang sangat mendalam, ia tidak bisa dipahami secara tekstual langsung, sebab ia merupakan sebuah kata kiasan.

Secara Sepintas, Tidak banyak orang yang paham tentang maksud menanam dalam diri sendiri. Namun maksud yang sebenarnya yaitu melakukan penanaman sifat dan karakter terpuji, serta ilmu dan wawasan yang berguna untuk kehidupan seseorang, serta melakukan evaluasi diri agar terhidar dari sifat dan perbuatan yang bisa merusak diri sendiri.

Tanami dan rawatlah diri sendiri dengan berbagai sifat, pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang baik, Niscaya hal itu bagaikan menanam dalam diri sendiri, dengan tanaman yang akan sangat berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan bahkan orang lain.

Selain itu, Jangan sampai seseorang menanam berbagai hal yang buruk dalam dirinya, misalnya

sifat iri hati, kesombongan, kebencian, dan juga kedengkian.

3. Raket sekadi sampat lidi

“Rekat seperti sapu lidi”

Pada rangkaian kalimat mutiara ini, terdapat nilai pelajaran yang berharga dan penting, dan begitu seharusnya kita melalui hidup berbangsa dan bernegara. Sebagaimana pada semboyan yang menjadi jargon pancasila, yaitu bhineka tunggal ika, yan artinya adalah berbeda-beda tetap satu jua. Yaitu menjaga persatuan dan kesatuan meskipun kita hidup dalam berbagai suku yang berbeda.

 

4. Sagilik-Saguluk, Salunglung-Sabayantaka, Paras-Paros Sarpanaya, Saling Asah-Asih-Asuh

“Bersatu padulah, hargailah pendapat/perkataan orang lain, putuskan segala urusan dengan musyawarah dan mufakat, saling ingat-mengingatkanlah, saling sayang-menyayangilah, dan saling bantu-membantulah”.

Makna dari Kata-kata mutiara dan bijak ini sangat luas dan dalam. Kata-kata mutiara ini sering sekali disampaikan pada acara-acara resmi, khususnya oleh tokoh public dan juga pejabat pemerintahan, sebagai nasehat pengingat bagi seluruh masyarakat.

Menjaga Persatuan merupakan hal yang sangat penting, tanpa persatuan tidak akan pernah ada kekuatan dan kemajuan bagi suatu masyarakat. Begitu juga dengan Menghargai pendapat yang berbeda dari orang lain yang merupakan salah satu bukti dan bentuk kedewasaan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, namun tidak dibenarkan jika perbedaan pendapat tersebut menjadi sumber utama perpecahan.

Sikap lainnya yang penting pada kata-kata mutiara ini adalah nasehat untuk membiasakan Musyawarah untuk mencapai mufakat. Maksudnya yaitu bahwa Setiap masalah yang muncul di tengah masyarakat haruslah terselesaikan dengan jalan damai, kekeluargaan, dengan jalan musyawarah.

Selanjutnya,  tiga sifat kemasyarakatan yang sangat penting yaitu Saling mengingatkan di antara sesama, saling menyayangi, dan juga budaya saling membantu merupakan bagian dari sifat pendukung terwujudnya kemajuan dan kerukunan di tengah masyarakat.

Posting Komentar

0 Komentar

close