Pura Terbesar di Bali: Sejarah dan Keagungan Pura Besakih
Pura Besakih, Pura Terbesar di Bali |
Pura Besakih, yang dikenal sebagai pura terbesar dan tersuci di Bali, adalah pusat spiritual dan keagamaan bagi umat Hindu di Pulau Dewata. Terletak di lereng Gunung Agung, pura ini tidak hanya menjadi tempat ibadah utama, tetapi juga pusat berbagai upacara adat dan keagamaan yang penting. Dengan lebih dari 80 pura yang menjadi bagian dari kompleks Besakih, pura ini merupakan lambang harmoni antara manusia, alam, dan dewa-dewa dalam tradisi Hindu Bali.
Sejarah Pura Besakih
Pura Besakih memiliki sejarah panjang yang berakar pada zaman pra-Hindu di Bali. Berdasarkan catatan sejarah, Pura Besakih mulai dibangun pada abad ke-8 oleh seorang pendeta Hindu bernama Rsi Markandeya yang membawa ajaran Hindu ke Bali dari Jawa. Menurut legenda, ketika Rsi Markandeya tiba di Bali, ia bermeditasi di lereng Gunung Agung dan mendapatkan wahyu untuk mendirikan sebuah pura di tempat tersebut. Sejak saat itu, Pura Besakih berkembang menjadi pusat spiritual utama di Bali dan sering disebut sebagai "Mother Temple" atau Pura Ibu,
Kompleks Pura Besakih terdiri dari 23 pura utama, dengan Pura Penataran Agung sebagai pusatnya. Pura ini dianggap sebagai tempat suci tertinggi, di mana umat Hindu Bali melakukan sembahyang untuk memohon berkat dan perlindungan dari para dewa. Setiap pura di Besakih didedikasikan untuk dewa tertentu dalam ajaran Hindu, seperti Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu. Pura ini juga menjadi tempat diselenggarakannya upacara-upacara besar seperti Upacara Eka Dasa Rudra, yang diadakan setiap 100 tahun sekali.
Arsitektur dan Tata Letak
Pura Besakih terkenal dengan arsitektur tradisionalnya yang menggabungkan unsur-unsur alam dan spiritualitas. Pura ini terletak di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, dan bangunannya tersusun secara teratur di sepanjang lereng Gunung Agung. Setiap pura dalam kompleks ini memiliki pelinggih, yaitu tempat persembahan, altar, dan patung dewa-dewa Hindu. Bentuk arsitektur pura di Bali, termasuk di Besakih, mencerminkan Tri Hita Karana, yaitu konsep harmoni antara manusia, alam, dan dewa.
Penataran Agung, yang menjadi pusat dari Pura Besakih, memiliki struktur berundak dengan tingkatan-tingkatan yang melambangkan lapisan kosmologi Hindu. Setiap tingkatan mewakili dunia yang berbeda, mulai dari dunia manusia (bhur), dunia dewa (bwah), hingga dunia tertinggi (swah). Ini mencerminkan pandangan Hindu Bali tentang kosmos dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Fungsi Keagamaan dan Ritual
Pura Besakih adalah tempat berlangsungnya berbagai upacara keagamaan penting, terutama yang berkaitan dengan kalender Bali. Salah satu upacara terbesar yang diselenggarakan di Pura Besakih adalah Odalan, yang dirayakan setiap 210 hari sesuai dengan kalender pawukon Bali. Umat Hindu Bali berziarah ke Besakih untuk mempersembahkan sesaji, berdoa, dan meminta berkah dari para dewa. Selain Odalan, upacara besar lainnya termasuk Galungan dan Kuningan, yang merayakan kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma (kejahatan) .
Pura Besakih juga menjadi pusat upacara yang berskala lebih besar, seperti Upacara Eka Dasa Rudra, yang dipercaya sebagai penyucian alam semesta dan diadakan untuk menjaga keseimbangan dunia. Upacara ini sangat jarang dilakukan, terakhir kali diadakan pada tahun 1979, setelah sebelumnya dilaksanakan pada tahun 1963 sebelum letusan Gunung Agung. Besarnya skala dan pentingnya upacara di Pura Besakih menjadikannya pusat spiritual tidak hanya bagi Bali, tetapi juga bagi seluruh umat Hindu di Indonesia.
Wisata dan Kehormatan
Bagi wisatawan, Pura Besakih merupakan destinasi yang sangat menarik karena nilai sejarah dan arsitekturnya yang megah. Meskipun merupakan situs ibadah suci, wisatawan diizinkan untuk mengunjungi pura, asalkan mengikuti aturan kesopanan dan berpakaian sopan. Kunjungan ke Pura Besakih memberikan pengalaman yang mendalam tentang spiritualitas Bali, budaya Hindu Bali, dan keindahan alam Gunung Agung.
Namun, penting bagi wisatawan untuk menghormati situs ini sebagai tempat ibadah. Wisatawan diharapkan tidak mengganggu kegiatan keagamaan yang berlangsung dan selalu menjaga etika selama berada di area pura. Selain itu, mengunjungi Pura Besakih saat upacara besar bisa menjadi pengalaman yang menakjubkan, di mana pengunjung dapat menyaksikan prosesi spiritual yang penuh warna dan mendalam.
Kesimpulan
Pura Besakih adalah pura terbesar dan tersuci di Bali, yang menjadi pusat spiritualitas Hindu Bali. Dari sejarah panjangnya yang berakar pada masa Rsi Markandeya hingga perannya dalam berbagai upacara besar, Pura Besakih tetap menjadi pusat kehidupan religius di Bali. Kompleks pura ini tidak hanya menjadi simbol keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan, tetapi juga tempat di mana tradisi, budaya, dan spiritualitas Bali terus hidup dan dilestarikan.
Posting Komentar untuk "Pura Terbesar di Bali: Sejarah dan Keagungan Pura Besakih"