Panduan Kunjungan ke Pura Besakih bagi Non-Hindu: Etika dan Tindakan yang Diperlukan
Pura Besakih |
Pura Besakih adalah tempat suci umat Hindu Bali yang juga merupakan destinasi wisata yang populer. Sebagai pengunjung non-Hindu, penting untuk memahami dan menghormati adat serta aturan yang berlaku di pura ini. Berikut adalah panduan tentang apa yang harus dilakukan selama kunjungan ke Pura Besakih bagi pengunjung non-Hindu.
1. Berpakaian Sopan
Saat mengunjungi Pura Besakih, pengunjung diwajibkan untuk berpakaian sopan. Ini mencakup memakai sarung dan selendang, yang merupakan simbol penghormatan di pura. Sarung digunakan untuk menutupi kaki, sementara selendang diikatkan di pinggang. Pengunjung juga diharapkan untuk tidak mengenakan pakaian yang terlalu terbuka, seperti baju tanpa lengan atau celana pendek. Sarung dan selendang biasanya tersedia untuk disewa di pintu masuk pura.
2. Hormati Upacara dan Ritual
Sebagai tempat ibadah aktif, Pura Besakih sering mengadakan upacara keagamaan. Jika Anda datang saat upacara berlangsung, penting untuk tidak mengganggu prosesi. Mengambil foto atau video tanpa izin, berbicara keras, atau berjalan di area upacara adalah hal yang sangat tidak sopan. Jika ada sesi doa atau ritual, sebaiknya pengunjung diam dan menyingkir ke tempat yang tidak mengganggu jalannya acara.
3. Mematuhi Batasan Akses
Tidak semua area di Pura Besakih terbuka untuk pengunjung non-Hindu. Beberapa bagian pura hanya diperuntukkan bagi umat Hindu yang sedang beribadah, dan pengunjung non-Hindu tidak diperbolehkan masuk ke area-area suci ini. Biasanya, ada tanda atau pemandu lokal yang memberi tahu area mana yang dapat diakses dan mana yang tidak. Sebagai pengunjung, penting untuk mengikuti panduan tersebut untuk menjaga kesakralan pura.
4. Menghormati Persembahan
Selama berkeliling di Pura Besakih, Anda akan melihat sesajen yang terletak di berbagai tempat sebagai persembahan untuk para dewa dan leluhur. Sesajen ini terdiri dari bunga, makanan, buah, dan dupa. Pengunjung tidak diperbolehkan menyentuh atau memindahkan persembahan tersebut karena ini merupakan bagian dari ritual suci umat Hindu. Menghormati sesajen ini adalah bagian dari etika yang penting selama kunjungan.
5. Menghargai Keheningan dan Suasana
Pura adalah tempat untuk berdoa dan merenung bagi umat Hindu, sehingga suasana hening dan tenang sangat dijaga di area pura. Pengunjung diharapkan untuk menjaga percakapan pada nada rendah, tidak berteriak, dan tidak melakukan tindakan yang dapat mengganggu ketenangan. Menghargai keheningan ini adalah bentuk penghormatan terhadap tempat suci.
6. Menggunakan Pemandu Lokal
Menggunakan jasa pemandu lokal saat mengunjungi Pura Besakih dapat sangat membantu. Pemandu tidak hanya memberikan informasi tentang sejarah dan makna spiritual pura, tetapi juga membantu pengunjung memahami aturan-aturan dan area-area yang boleh dikunjungi. Pemandu akan memastikan bahwa pengunjung menghormati adat dan tradisi lokal serta dapat menjawab pertanyaan tentang upacara atau bangunan yang ada di kompleks pura.
7. Bawa Sesaji Jika Diizinkan
Meskipun pengunjung non-Hindu tidak diwajibkan untuk membawa persembahan, beberapa pengunjung memilih untuk membawa sesaji sederhana sebagai bentuk penghormatan. Biasanya, sesaji terdiri dari bunga dan dupa, yang kemudian diletakkan di area yang telah disediakan. Namun, jika Anda tidak yakin atau ragu, tanyakan kepada pemandu atau penduduk lokal apakah tindakan tersebut diperbolehkan dan bagaimana melakukannya dengan benar.
Kesimpulan
Mengunjungi Pura Besakih adalah pengalaman spiritual dan budaya yang berharga. Sebagai pengunjung non-Hindu, menghormati adat dan aturan pura adalah hal penting untuk menjaga kesakralan dan martabat tempat suci ini. Dengan berpakaian sopan, menghargai ritual, dan mengikuti panduan pemandu lokal, Anda dapat merasakan kedalaman spiritual Pura Besakih tanpa mengganggu keseimbangan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Posting Komentar untuk "Panduan Kunjungan ke Pura Besakih bagi Non-Hindu: Etika dan Tindakan yang Diperlukan"